Tahukah anda! fakta kejahatan agama yang dianggap paling benar, kesemuanya dilakukan oleh orang-orang fanatisme dan ekstrimisme berlebihan sebagai virus perusak toleransi beragama. Penyebab awalnya adalah karena merasa agamanya paling Benar dan orang yang berbeda keyakinan dengannya, dimatanya semua dianggap salah. Korban kekerasan, pemerkosaan dan pembunuhan massal dari konflik antar agama jauh melebihi dari jumlah perang antar gangster dan perebutan wilayah negara. Gangster membunuh mengatasnamakan kelompok Geng tapi agama mengatasnamakan Tuhan, pembantaian ini dianggap ‘suci’ dan menjalankan perintah Tuhan, padahal ada kepentingan-kepentingan oknum yang terselubung.
Biarkanlah si pecundang sejati hidup dalam kedengkian hatinya sendiri karena tak bisa menerima prinsip keyakinan yang berbeda. Mereka yang suka memperkeruh konflik agama karena belum pernah merasakan hidup di ketegangan medan konflik.
Tanyakanlah kepada orang yang pernah tinggal di Ambon (Maluku), Berapa banyak air mata dari mereka yang menyaksikan ayah, ibu dan sanak keluarga yang mati terbunuh didepan mata mereka sendiri. Berapa banyak janda dan anak-anak yatim yang letih berjalan mencari tempat perlindungan karena rumah tempat tinggal mereka telah habis terbakar. Konflik agama di Ambon, Situbondo, Kerusuhan SARA di Sampit sampai Tragedi Rohingya yang semua penyebabnya karena masalah pribadi, kriminal dari beberapa orang namun imbasnya meluas sampai dikait-kaitkan dengan etnis, suku dan agama, “Tidak cukupkah itu semua dijadikan Contoh agar kita bisa hidup lebih waspada dari provokasi yang menyulut emosi hingga kejahatan agama bisa terulang lagi”.
No comments:
Post a Comment